Game Online Pemicu Anak Berbuat Sadis

Maraknya permainan jenis online (games online) disinyalir menjadi salah satu faktor pemicu yang mendorong anak-anak bertindak brutal. Saat menghadapi persoalan di dunia nyata, mereka mempraktekkan permainan itu.
Pendapat itu disampaikan Sekretaris Jenderal Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Muhammad Ihsan, Senin (28/11), menanggapi tewasnya Immanuel Siagian, pelajar kelas 2 SMP 257, di tangan FER, anak kelas 6 SD berusia 14, dan dua pelajar SMP; NE, 17, dan DS, 14.
Dalam pandangannya, aksi brutal geng anak-anak usia SD hingga SMP itu tak lepas dari pengaruh permainan games online yang belakangan marak digemari anak-anak seusia mereka.
“Secara psikologis anak seusia itu belum memiliki keberanian untuk melakukan aksi kekerasan apalagi sampai membunuh. Perilaku itu diperoleh dari tontonan atau permainan yang mereka tonton atau mainkan. Mereka kemudian meniru adegan itu saat terjadi persoalan di antara mereka,” katanya.

Kendati demikian, ia berharap aparat kepolisian memproses pelakunya secara bijak. “Biar bagaimanapun mereka masih anak-anak. Kita berharap hukumannya nanti bisa mengarah kepada proses pembinaan,” kata Muhammad Ihsan yang siap mendampingi pelaku. “Kami akan mengirim staf untuk mendalami kasus ini,” ujarnya lagi.
Sementara itu, dalam pandangan psikolog dari Universitas Indonesia, Lia Sutisna Latif, anak usia SD maupun SMP masih dalam tahap remaja tingkat awal dan menengah. Mereka biasanya akan membuat kelompok atau geng untuk mendapatkan pengakuan agar dinilai hebat. “Jika laki-laki biasanya bikin kelompok yang cenderung agresif, sementara anak perempuan cenderung eksibision,” ujar Lia Sutisna.

Namun karena kelompok ini cenderung mengarah pada hal negatif, mereka bertindak dengan menunjukan kemampuannya. Padahal, itu hanya untuk menunjukan agar yang lainnya takut. “Tipikal anak seperti itu biasanya di sekolahan tidak memiliki prestasi. Dia ingin menunjukan kemampuan tapi di jalan yang salah,” ungkapnya.
Ia menilai orangtua maupun pendidik mestinya berperan besar agar anak tak terjerumus ke jalan salah.”Peran serta orangtua perlu lebih ektra untuk mengawasi dan membimbing putra-putrinya,” katanya.

sumber :www.kabar6.com

Tidak ada komentar: